• Layanan dan Kegiatan

    Minggu : Pkl.09.00 WIB hingga Pkl.15.00 WIB Pengembalian dan Peminjaman Buku : Senin s.d Sabtu

Muhammad Ismail Yusanto dalam salah satu karyanya menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam antara lain :

1.Membentuk Kepribadian Islam (Syakhsiyyah Aslamiyyah)
Tujuan pertama ini merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim, yakni sebagai seorang muslim ia harus memegang erat identitas kemuslimannya dalam seluruh aktivitas hidupnya. Identitas ini menjadikan kepribadian yang tampak pada pola berpikir (aqliyah) pada pola bersikapnya (nafsiyah) yang dilandaskan pada ajaran Islam.

Pada prinsipnya terdapat tiga langkah dalam diri seseorang sebagaimana yang pernah diterapkan Rasululah SAW. Pertama, menanamkan aqidah Islam kepada yang bersangkutan dengan metode yang tepat, yakni yang sesuai dengan kategori aqidah sebagai aqidah aqliyah (aqidah yang keyakinannya dicapai dengan melalui proses berpikir). Kedua, mengajaknya bertekad bulat untuk senantiasa menegakkan bangunan cara berpikir dan berprilaku diatas fondasi ajaran Islam semata. Ketiga, mengembangkan kepribadiannya dengan cara membakar semangatnya untuk bersungguh-sungguh dalam mengisi pemikirannya dengan Tsaqofah Islamiyyah dan mengamalkannya dan memperjuangkannya dalam seluruh aspek kehidupannya sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT.

Pendidikan, melalui berbagai pendekatan, harus menjadi media untuk membentuk dasar pembentukan, peningkatan, pemantapan dan pematangan kepribadian peserta didik. Semua komponen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan termasuk semua kegiatan yang dilakukan maupun interaksi diantara komponen diatas harus diarahkan bagi tercapainya tujuan yang pertama ini.

2. Menguasai Tsaqofah Islam
Tujuan kedua ini menjadi konsekuensi (lanjutan) kemusliman seseorang. Islam mendorong setiap muslim untuk menjadi manusia yang berilmu dengan cara men-taklif-nya (memberi beban hukum) kewajiban menuntut ilmu. Imam al-Ghazali alam Ihya Ulumuddin, membagi ilmu dalam dua kategori dilihat dari segi kewajiban menuntutnya. Pertama, ilmu yang dikategorikan sebagai fardlu ‘ain, yakni ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap individu muslim. Ilmu yang termasuk dalam golongan ini adalah ilmu-ilmu tsaqofah Islam, yakni pemikiran, ide dan hukum-hukum (fiqih) Islam, Bahasa Arab, Sirah Nabawiyah, Al-Qur’an, Al-Hadits dan sebagainya. Kedua, adalah ilmu-ilmu yang dikategorikan sebagai fardlu kifayah, yaitu ilmu yang wajib dipelajari oleh sebagian umat Islam. Ilmu yang termasuk dalam golongan iniadalah sains dan teknologi serta berbagai keahlian, seperti kedokteran, pertanian, teknik dan sebagainya yang sangat diperlukan bagi kemaujuan material masyarakat.


Berkaitan dengan Bahasa Arab sebagai bagian dari tsaqofah Islam, Rasulullah SAW telah menjadikan bahasa ini sebagai bahasa umat Islam yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pendidikan. Karenanya, setiap muslim, termasuk yang bukan Arab sekalipun, wajib mempelajari Bahasa Arab. Imam Syafi’I dalam kitab Al-Risalah Fi ‘Ilmi Ushul menyatakan “Allah SWT mewajibkan seluruh umat untuk mempelajari lisan arab dengan tekun dan sungguh-sungguh agar dapat memahami kandungan Al-Qur’an dan untuk beribadah”.
Dorongan kuat agar setiap muslim mempelajari tsaqofah Islamiyyah dismping sains dan teknologi, membuktikan bahwa Islam membentengi manusia dengan menjadikan aqidah Islam sebagai satu-satunya asas bagi kehidupan seorang muslim, termasuk dalam tata cara berpikir, berkehendak, sehingga setiap tindakannya terlebih dulu diukurnya dengan standar ajaran Islam. Hanya dengan itu setiap muslim memiliki pijakan yang sangat kuat untuk maju sesuai dengan arahan Islam.

3. Menguasai Ilmu Kehidupan (Iptek dan Keahlian)
Kewajiban untuk menguasai ilmu pendidikan (iptek dan keahlian) diperlukan agar umat Islam dapat meraih kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT dengan baik di muka bumi ini. Dorongan Islam untuk menguasai Ilmu kehidupan juga dapat dimengerti dari pengkajian terhadap hakikat menguasai ilmu kehidupan juga dapat dimengerti dari pengkajian terhadap hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Pada hakikatnya ilmu pengetahuan terdiri atas dua hal, yakni pengetahuan yang dapat mengembangkan akal pikiran manusia sehingga dapat menentukan suatu tindakan (aksi) tertentu dan pengetahuan mengenai perbuatan itu sendiri. Berkaitan dengan akal, Allah telah memuliakan manusia dengan akalnya. Akal akan membimbing manusia ke jalan yang benar.

Sementara, dalam banyak ayat Allah SWT juga menyerukan untuk menggunakan akalnya dan memanfaatkannya supaya dapat memikirkan dan merenungkan ciptaan Allah sehingga bisa didapat sains dan aplikasinya berupa teknologi. Dari situlah akan membuahkan tambahan keimanan kepada Allah SWT, terhadap keesanNya, kekuasaanNya, dan keagunganNya. Disinilah pentingnya akal manusia, dimana melalui proses berpikirnya akan mampu menghantarkan manusia kepada keimanan.
Lebih jauh Muhammmad Quthb dalam merumuskan tujuan pendidikan islam, berbicara tentang tujuan akhir, yakni untuk membentuk manusia yang bertaqwa dan beribadah kepada Allah SWT. Rumusan tujuan pendidikan Islam menurutnya, diambil dari ajaran islam, sebagaimana firman Allah dalam QS.al-Zariyat ayat 56
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaku.

Dalam ayat yang lain Allah berfirman :
“Sungguh yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa” (QS.al-Hujurat :13)

Tetapi ibadah dalam ayat di atas, menurut Muhammad Quthb, tidak terbatas hanya pada tata cara peribadatan yang telah ditentukan, melainkan mempunyai makna yang lebih menyeluruh dan luas sekali, meliputi seluruh aktivitas dan bidang kehidupan dan mencakup seluruh perbuatan, karsa dan rasa.


0 komentar to "Gambaran Sistem Pendidikan Islam (2)"

Posting Komentar