• Layanan dan Kegiatan

    Minggu : Pkl.09.00 WIB hingga Pkl.15.00 WIB Pengembalian dan Peminjaman Buku : Senin s.d Sabtu

Mengupas sejarah rumah baca amany tentu saja tidak bisa terlepas dari kisah pendirinya,
Zamjam Ginanjar atau akrab disapa Kak Azum, berikut hasil resume kami. 


Di saat teman-teman sekolahnya bersuka cita dengan pengumuman kelulusan dan mulai sibuk dengan obrolan universitas mana yang dirasa cocok untuk meneruskan studi mereka. Kak Azum ialah orang satu-satunya yang tergesa-gesa keluar dari gerbang sekolah sambil membawa segudang mimpi tentang bisnis yang akan ia rintis. Bahkan dengan sengaja ia menolak anjuran orangtuanya untuk meneruskan studi. Satu-satunya keinginan ia saat itu hanyalah menjadi pengusaha sukses. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh buku-buku bisnis yang rutin ia baca sejak menginjak kelas tiga SMA. 

Setelah mematangkan bidang usaha yang ingin ia rintis, Ia kemudian memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Namun Skenario Alloh membawa ia pada hal yang lain. Tinggal di Jakarta Ia malah diserahi tugas menjadi pengurus mesjid di salah salah satu kompleks perkantoran TNI di Jakarta. Tidak jauh berbeda dengan pemuda umumnya, awalnya ia hanya mengenal Mesjid sebagai tempat untuk sholat dan sesekali mendengarkan Ceramah Ustadz. Membersihkan lantai, dinding, wc, menyiapkan air wudhu, karpet, mengumandangkan Adzan dan Iqamah, termasuk mengusir kawanan anjing liar yang selalu nongkrong di halaman mesjid ialah aktivitas keseharian yang tidak pernah ia impikan sebelumnya.  

Dari interaksi dengan sebagian jamaah Mesjid banyak hal baru yang ia dapat, bahkan kini ia mendapat banyak kesempatan untuk berkontemplasi hingga akhirnya mulai merasakan percikan hidayah islam menyala di dadanya. 16 Tahun sudah telah ia habiskan umurnya tanpa mengakrabkan diri dengan mesjid dan islam. Ketika ia sudah merasa cukup berkontemplasi, akhirnya ia memutuskan pulang kampung dengan semangat baru yang telah menyala. Tahun-tahun berikutnya di Bandung adalah saat dimana ia mengecap manisnya hidayah. Ia merasa nyaman berlama-lama di Mesjid dan tempat Kajian keislaman lainnya. Selain bekerja di salah satu instansi pemerintahan, Ia sempat menjajal beberapa bidang usaha dan mendapat kesempatan mengajar Sirah dan Hafalan Do'a di madrasah Tarjamatul Qur'an Wa Sunnah selama 2 tahun. Buku-buku Islam saat itu beberapa kali terlihat menemani kesehariannya. 

"Di antara sekian jenis kemiskinan yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan keyakinan dan ‘azam, bukan kemiskinan harta. ‘Azam yang kuat akan membuat kita memiliki derajat yang tinggi di hadapan Alloh. Tidak mungkin seseorang mampu keluar dari kejahiliyahan tanpa ‘azam yang kuat, tekad dan kemauan untuk berubah lebih baik" Alm.KH.Rahmat Abdullah 

Azam yang kuat hanya bisa didapatkan dengan membaca. Beberapa tahun bergumul bersama masyarakat, Ia mengaku sangat prihatin dengan kondisi lemahnya semangat generasi muda dalam memahami islam. Generasi muda sebagai penerus tongkat estafet kepemimpinan negeri ini  haruslah memiliki semangat yang tinggi untuk mengkaji ilmu-ilmu keislaman sejak dini, agar kelak mereka dapat memimpin bangsa ini ke arah yang lebih baik. Hal ini yang kemudian membakar semangatnya untuk menggagas sebuah pusat kegiatan belajar masyarakat. Untuk mewujudkan mimpinya pada tahun 2010 ia memutuskan untuk merintis sebuah Mesjid dengan pusat kegiatan belajar masyarakat di dalamnya.























Taman Bacaan Masyarakat ialah salah satu bidang kegiatan di dalamnya. Sebidang tanah di tengah persawahan Gading Tutuka telah ia siapkan untuk menampung mimpinya. Bahkan seorang Arsitek telah ia mintai bantuan untuk mendesain bangunan mimpinya. Ia kemudian bergerilya meminta saran untuk program-program yang akan dilaksanakan sambil berupaya mengumpulkan buku dari keluarga, teman-temannya, perusahaan dan penerbit buku yang peduli. 


Setelah semuanya dirasa siap, awal tahun 2011 ia resmi menjadikan ruang utama pada rumahnya yang berukuran 3,5 m x 3 m untuk layanan rumah baca amany. Beberapa kegiatan edukatif dengan syukuran sederhana sengaja ia adakan dengan mengundang anak didiknya, tujuannya untuk mensosialisikan keberadaan rumah baca amany yang saat itu bernama taman bacaan tsaqafah islam. Sejak saat itu bertambahlah fungsi ruang utama pada rumah mungilnya, siangnya untuk layanan berbagai kegiatan rumah baca amany sedangkan malamnya untuk tempat istirahat ia dan keluarga mungilnya. Hal ini semata-mata ia lakukan karena belum terbangunnya tempat layak yang sudah ia rencanakan untuk mimpi besarnya. Juni 2011 kesungguhan Kak Azum dalam berjuang diuji ketika mendapat musibah. Ia harus kehilangan seorang inspirator, suporter utama sekaligus donatur utama rumah baca amany, Ibu kandung Kak Azum (Alm.Ibu Kurminah, A.Ma.Pd). 

Hal ini tentunya sangat berdampak besar pada perjuangan rumah baca amany. Tidak berhenti di sana, awal tahun 2012 karena perbedaan prinsip yang tidak bisa lagi disatukan, membuat ia akhirnya harus mengambil keputusan berat dalam hidupnya. Memilih jalan perceraian. Kontan saja hal ini membuatnya terpisah dengan anak semata wayangnya. Jadilah tahun 2012 tahun kesedihan bagi rumah baca amany. Walaupun sempat larut dalam kesedihan selama beberapa bulan hingga akhirnya sempat jatuh sakit, ia tidak patah arang. Dengan segera ia memperbanyak shalat malam dan mengumpulkan kembali sisa-sisa buku rumah baca amany. Mencoba membangun semuanya kembali dari nol.  

Kematian Ibunya lambat laun menambah keyakinannya tentang kehidupan dunia yang hanya sekejap. Ia meyakini bahwa rumah baca amany ialah satu-satunya tabungan untuk kehidupan akhirat yang harus ia perjuangkan semaksimal mungkin. Kali ini ia nekat berencana mengontrak salah satu rumah di komplek perumahan yang lokasinya berdekatan dengan tempat kerjanya. Untuk kemudian ia jadikan tempat layanan rumah baca amany. Namun skenario Alloh berkata lain, pada pertengahan tahun 2012 Alloh perkenankan Rumah Baca Amany mempunyai rumah permanen di Bumi Parahyangan Kencana Blok G 6 No.14 Desa Pananjung Kecamatan Cangkuang. Beberapa pertolongan Alloh rumah baca amany rasakan pada tahun 2012 lalu, jika sebelumnya rumah baca amany kesulitan mengikuti berbagai pelatihan/bimbingan teknis karena terbentur masalah legalitas. Kini beberapa kali rumah baca amany tercatat sebagai peserta di dalam kegiatan- kegiatan pelatihan tsb. Pada Tahun yang sama KABACA (Kabupaten Bandung Membaca) terbentuk, sebuah Komunitas bagi para pejuang literasi. 

Dari KABACA rumah baca amany mendapat kesempatan berinteraksi dengan orang-orang hebat di dunia literasi. Sebelum rumah riang dan 1001 buku, Taman Bacaan Masyarakat Sudut Baca Soreang menjadi pihak pertama yang mendonasikan buku sebanyak 102 exp buku untuk rumah baca amany.  Kemudian bergantianlah keluarga, sahabat, masyarakat, bahkan beberapa anggota rumah baca amany mendonasikan buku hingga akhirnya rumah baca amany memiliki jumlah koleksi buku sebanyak 500 exp. Sebuah pencapaian yang cukup hebat mengingat koleksi buku yang dimiliki rumah baca amany pada awal tahun 2012 hanyalah 100 buku. Setelah dirasa siap,  berbekal Amunisi baru tentang pengelolaan raman bacaan masyarakat dan tambahan semangat yang siap menghentak. Barulah pada Bulan Desember 2012 rumah baca amany memberanikan diri untuk mulai membuka layanan bagi masyarakat di sekitarnya. 

Awalnya tidak ada spanduk rumah baca dan sosialisasi keberadaan rumah baca amany seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Hanyalah sebaris kalimat 'Hari Minggu kalau mau baca kesini ya, kakak punya banyak buku yang bisa kalian baca gratis' yang ia sampaikan pada anak-anak di sekitarnya. Namun hasilnya di luar dugaan, Weekend perdana rumah baca amany dikagetkan dengan antusiasme pengunjung yang larut dalam aktivitas membaca sambil sesekali diselingi aktivitas bermain hingga pukul 7 malam. Sejak Bulan Desember 2012 hingga saat ini tercatat sebanyak 1550 pengunjung yang beraktivitas di rumah baca amany. Setiap hari ada saja yang berkunjung ke rumah baca amany untuk membaca, meminjam, mengembalikan buku atau sekedar bermain dengan buku. Rumah baca amany kini telah menjadi rumah kedua bagi anak-anak di lingkungannya. 

Menginjak tahun ke empat rumah baca amany masih terus berbenah dengan terus melakukan evaluasi dan pembenahan pada berbagai program yang telah dilaunching rumah baca amany. Berbagai upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat kini terus dilakukan pengelola rumah baca amany, Kak Azum. Salah satunya dengan melaunching pemilihan raja/ratu buku yang rencananya InsyaAlloh akan diumumkan pada bulan Mei 2014 ini, upaya lainnya yaitu dengan menambah jumlah pojok baca dan menggagas layanan jemput pembaca. Kak Azum mengaku saat ini rumah baca amany sangat membutuhkan kehadiran relawan yang mau berkarya bersama untuk lingkungannya.

'Do'akan selalu rumah baca amany agar kehadirannya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat' Pesan Kak Azum untuk Pembaca.




Yuk datang dan bergabung bersama rumah baca amany:) 
Salam Semangat,
Humas Rumah Baca Amany.



0 komentar to "Sejarah Rumah Baca Amany"

Posting Komentar